Sampai hari ini dan dimulai beberapa hari yang lalu, Tuhan menitipkanku sebuah sakit. Alhamdulillah, hari ini sudah sedikit pulih kurasa. Setiap sakit yang kuterima tak pernah sedikit pun ada pikiran bahwa itu adalah sebuah kutukan. Tak pernah ada prasangka buruk kepada Allah Swt karena sakit yang diberi, sebab aku percaya sakit yang dititipkan kepada kita tak lain adalah media penggugur dosa. Sakit yang kita terima membuat kita sadar kemudian merenung atas dosa-dosa yang selama ini sudah kita buat. Begitupun aku, sakit ini kupercaya diberikan Tuhan sebagai penggugur dosa atas kelalaianku dalam beribadah akhir-akhir ini, atas kurangnya syukurku kepada Allah Swt atas segala rahmat yang diberikannya setiap hari. Terima kasih ya Allah karena sakit ini aku dapat bermuhasabah diri. Semoga aku selalu bisa mendekatkan diri pada-Mu.
Ada satu kejadian yang membuatku terisak. Pada sore, 29 Maret 2018, kurasakan kepalaku begitu sakit, kepalaku panas, ditambah mual yang pada akhirnya memuntahkan segala isi dalam perut. Lemas seketika tubuh ini, isak tangis pun tak dapat kutahan. Bingung entah harus apalagi terus mengisak dan menyambar smartphone membuka Alquran. Entah ide dari mana, semacam gerakan dan pikiran tiba-tiba membuka Alquran dan mencari surat Ar-Rahman. Mengapa? Sebab aku yakin Allah mengasihi dan menyayangiku. Masih terisak-isak kukuatkan untuk membaca ayat demi ayat. Biarlah terbata-bata karena isakan, pikirku waktu itu yang penting mampu kuhabiskan surat ini. Pada pertengahan surat, isakku mereda dan mampu melanjutkan surat ini sampai habis. Tenang setenang-tenangnya. Tapi seketika kembali aku menangis terisak, sebab aku merasakan kasih Tuhan begitu cepat. Kepalaku yamg tadinya sakit mereda, badanku yang tadinya panas jadi menghangat. Aku bisa berbaring dan memejamkan mata dengan tenang. Padahal sebelumnya gelisah sekali menahan rasa sakit di kepala, rasa mual, dan rasa panas di dahi.
Memang benar, obat dari segala macam penyakit adalah Alquran. Terima kasih Ya Allah. Tak ada yang mampu menandingi kekuatan dan kebesaran-Mu. Sebanyak apapun dosa hamba-Nya, namun kasihnya tak pernah terputus. Selalu ada pintu ampunan dari-Nya.
Kamis, 29 Maret 2018
Bacalah Alquran, Atas Izin Allah Sakitmu Reda
Jumat, 09 Februari 2018
Jenuh
Kadang ada masa kita berada pada titik jenuh dalam hidup.
Ada masa ketika kita ingin sendiri saja, mengurung diri di suatu tempat, inginkan sepi, sunyi untuk merenung sekilas kehidupan kita.
Ada masa ketika kita merasa bahwa hidup hanya sia-sia. Apa yang kita jalani hanya membuat kita merasa lelah, merasa sakit, bahkan kadang merasa menderita.
Kemudian kita berpikir untuk berhenti. Berhenti dari segala aktivitas kehidupan. Merasa berada pada titik terjenuh. Lelah sekali, bahkan untuk memotivasi diri pun tiada daya.
Merenung sejenak apa yang sudah diperbuat selama hidup, menangisi segala kesalahan. Dalam pikir mengutuk lebih baik mati tetapi hati menolak mengingat kehidupan di sana lebih abadi.
Muncul sebuah pikiran yang menguatkan 'hiduplah untuk kehidupan yang abadi'. Teruslah melangkah, perbaiki diri, jangan berhenti, jadikan solat dan sabar sebagai penolongmu.
Kalau kau sudah yakin bekalmu sudah sangat cukup, maka kau boleh meminta kematianmu.