Mereka
Persahabatan.
Kerap kali banyak hal-hal yang terjadi dalam sebuah persahabatan. Sebuah
persahabatan tak selamanya berjalan indah. Banyak hambatan-hambatan yang
terjadi dalam sebuah persahabatan. Bahkan ada persahabatan yang berakhir dengan
tidak indahnya. Biasanya hal tersebut karena adanya pengkhianatan.
Samsi,Merta,Victory, dan Moly empat
sekawan yang sangat dekat sekali. Bersatu bukan karena dikehendaki. Kemana saja
mereka menyusur pasti selalu bersama. Tertawa dan menangis sudah sering sekali
mereka lewati. Terlahir dari latar belakang keluarga yang berbeda-beda tapi
uniknya kebersamaan mereka yang menjadikan mereka satu. Tak ada yang namanya
perbedaan menurut mereka.
Samsi dan Victory yang memiliki
latar belakang keluarga yang hampir mirip bahkan semua orang yang mengetahui
itu tidak akan menyangka bahwa kejadian itu bisa terjadi pada mereka berdua.
Anak yang ceria, seperti hidup tak punya beban tetapi memikul cobaan yang berat
sekali. Masa lalu yang kelam tak menjadi hambatan mereka dalam hidup. Terus
maju itu prinsip hidup mereka. Yang berlalu akan menjadi pengalaman sedang yang
kedepan akan menjadi masa depan.
Moly yang sejak kelas 2 SMP sudah
ditinggal ayahnya. Moly yakin ayahnya sekarang sudah berada disisi Allah. Hidup
dengan tenang disurga. Suara mobil jenazah menjadi ketakutan sendiri bagi Moly.
Menurutnya suara itu membawanya kembali pada masa terperih dalam hidupnya. Kini
yang menjadi motivasi ia untuk terus berjuang demi masa depan adalah ibunya. Ia
tak mau melihat kesedihan diwajah ibunya. Sedangkan Merta yang memiliki
keluarga sederhana yang utuh, yang selama ini hidup tentram bersama ayah, ibu,
abang, dan kakaknya. Merta adalah satu-satunya teman mereka yang dinilai
memiliki masalah yang tidak begitu besar. Merta dengan sifat dewasanya selalu
mengalah apabila ada pertengkaran kecil. Merta anak yang begitu ceria. Masalah
bukanlah menjadi masalah baginya.
Dunia ini seakan menjadi milik
mereka berempat. Tertawa sesuka mereka tanpa mengira orang suka ataupun tak
suka. Berbagi cerita itu yang pasti mereka lakukan. Makan dengan satu piring
yang penting harus berempat. Namun begitu, tak selamanya berjalan indah.
“Ly,
kamu kenapa diam aja dari tadi?”, Tanya victory kepada Moly
“tak
kenapa, lagi tak enak badan”, jawab Moly jutek.
Setiap
pertanyaan selalu dijawab ketus oleh Moly. Apa yang terjadi dengan Moly mereka
semua tak ada yang tahu.
Beberapa hari belakangan sikap Moly
tak berubah. Moly tetap cuek dengan keadaan, jutek dan selalu ketus. Samsi dan
Merta bingung mengapa Moly jadi berubah seperti ini. Bahkan Samsi dan Merta
selalu didiamkan Moly. Semua pertanyaan Samsi dan Merta hanya dijawab sekenanya
saja oleh Moly.
“Ly,
akhir-akhir ini kamu berubah. Ada apa?”, Tanya Victoy kepada Moly karena
Victory yang sangat dekat dengan Moly.
“Aku
hanya tak suka dengan sikap Merta dan Samsi”
“Kita
berteman berempat tetapi kenapa mereka lebih dekat berdua?”
“Mengapa
mereka tak berteman berdua saja kalau begitu?”
“Mereka
lebih dekat berdua bukan berempat!”, panjang lebar Moly menjawabnya.
Ternyata itu yang menjadi
permasalahan Moly. Victory menceritakan semua itu kepada Samsi dan Merta.
Awalnya mereka menolak pendapat yang dikemukakan Moly. Menurut mereka, mereka
tak seperti itu. Keesokan harinya Merta dan Samsi meminta maaf kepada Moly. Padahal Moly tidak begitu marah kepada
mereka, hanya sedikit kesal. Moly juga menyadari bahwa Moly memang masih
kekanak-kanakkan sehingga masih ada rasa cemburu seperti itu.
Sekarang mereka kembali lagi seperti
sebelumnya. Tetap bersama dan saling menyadari kesalahan masing-masing. Meski
berbeda agama tetapi tak ada yang saling menjatuhkan. Hebatnya Victory yang
keras kepala, Moly yang egois, Samsi yang tak mau mengalah dan Merta yang
penyabar bisa membentuk jalinan persahabatan yang idealis.
Susah ataupun senang tetap mereka
bersama. Konflik apapun yang terjadi bukan menjadi penghalang untuk mereka
tetap bersama. Mencapai satu tujuan adalah cita-cita mereka bersama. Mereka
berharap persahabatan ini takkan berakhir karena pengkhianatan. Biarkan
persahabatan ini berakhir karena kehendak Tuhan. Cinta dan cita adalah satu
tujuan mereka. Perbedaan bukan menjadi suatu masalah. Ia itulah Mereka. Mereka
hidup karena dunia mereka.