Jatuh
Cinta
“Tiktoktiktok”, alarm
berbunyi. Akhirnya hari ini telah tiba. Hari pertama ku injakkan kakiku di SMA
Pelita. Semangatku pagi ini luar biasa. Mandi kemudian bersiap lalu sarapan.
Ayah dan ibuku telah menungguku di meja makan. Aku anak tunggal dikeluarga ini.
Dimanja tiada tara.
“ayo sarapan nak”,
ujar ibu.
“iya ibuku cantik”,
dengan senyum manis kujawab lalu disambut senyum lebar oleh ibu. Ayah hanya
tersenyum. Selesai sudah sarapanku pagi ini kemudian ayah mengantarkanku ke
tempat yang akan kujalani selama tiga tahun kedepannya nanti.
Hari ini masa
orientasi siswa. Di tengah lapangan dengan terik matahari yang mungkin saja
bisa membakar tubuh siswa siswi baru yang dikumpul dilapangan depan SMA Pelita.
Diantara mereka-mereka tak satupun yang kukenal. Arahan bertubi-tubi datang
dari kakak senior hingga akhirnya
“Eka Kharisma,
kelompok enam”
Itu namaku. Aku adalah
anggota kelompok enam. Setelah semua nama siswa dipanggil, kami dibariskan
sesuai dengan kelompok masing-masing.
Sungguh dalam kelompok ini aku hanya
diam membisu karena tak satupun yang kukenal. Aku tergolong orang yang pendiam
dan pemalu tapi tak berarti sombong.
“Hallo salam kenal
namaku Mini”, kata sesorang yang mengulurkan namanya didepanku.
“Hai, salam kenal
kembali. Namaku eka”, jawabku sambil kusambut uluran tangannya. Dialah orang
pertama yang kukenal disini. Dengan wajah bulat, mata kecil, rambut sebahu dan
badan yang mungil sesuai dengan namanya Mini Mursalina. Teman pertamaku, anak
yang super ramah dan menyenangkan.
Arahan dari kakak pemandu kelompok,
untuk membawa alat-alat yang disebutkan. Begitu banyak peralatan yang akan
dibawa besok.
“oke adek-adek semua
sekali lagi kakak ingatkan jangan ada satupun peralatan yang tidak kalian bawa”
“baiklah sampai disini
dan kembali lagi besok disini pukul 06.00 Wib”, panjang lebar penutupan dari
kakak senior dan hanya itu yang semangat kudengar.
“ka, mau ikut aku cari peralatannya
nggak?”, Tanya mini mengejutkan.
Lalu ku iyakan tawaran
Mini dan kami melaju pergi kepasar bersama motor kebanggan Mini. Semua pasar
kami lewati dan kami memilih pasar yang menurutku dan Mini pasar itu menjual
barang dengan harga murah.
“ka, hampir selesai
nih peralatan yang kita cari”, seru Mini.
“Iya Min barang
terakhir yang kita cari kaos kaki hitam panjang Min belum ada dan kurasa disini
nggak ada deh Min”, kataku.
“kita cari ditempat
lain aja yuk ka”, ajakku kepada Mini.
Setelah Mini
mengiyakan ajakanku lalu kami bejalan kekasir.
“triiiinnnnnggggg”,
telepon genggam Mini berbunyi. Dan ternyata ibunya yang menelepon.
“ha? Iya ma, Mini
segera pulang sekarang”, jawab mini khawatir.
“Ka, kita harus cepat
pulang sekarang adikku kecelakaan”, Mini menarik tanganku dan tiba-tiba
“bruuuk”, sesuatu
barang jatuh kelantai tepat dihadapanku. Aku menabrak sesorang dan kurasa
barang yang jatuh itu barang yang dipegangnya. Ku ambil barang itu lalu ku
usap-usap dan ku kembalikan buku yang jatuh itu kepada seseorang yang ku tabrak
tadi dengan perasaan yang setengah takut. Diambilnya buku itu lalu pergi begitu
saja dengan tatapan dingin. Mengerikan. Lalu kamipun pulang.
Sampaiku dirumah. Malam ini ku persiapkan
peralatan untuk besok. Sejak kejadian menabrak orang itu pikiranku tak beralih
kepadanya. Entah untuk apa ku mengingatnya padahal tak kukenali siapa dia. Wajah
dingin yang menurutku dia memiliki gaya tarik tersendiri. Bagaikan magnet.
Semakin tinggi khayalanku dan terbawa dalam mimpi. Sejak itu pula aku tertidur
lelap.
Pagi sekali aku tiba disekolah.
Menunggu Mini yang belum jua sampai. Aku mengelilingi sekolah ini sambil
menunggu kedatangan Mini. Dibawah pohon yang dekat dengan perpustakaan kulihat
sosok lelaki yang sangat ku ingat wajahnya dan belum asing dikepalaku. Oh
ternyata dia kakak kelasku. Sesorang yang kutabrak kemarin dia adalah kakak
kelasku. Dan ternyata dia juga sekolah di SMA Pelita ini. Dunia memang sempit.
Ada perasaan senang tapi aku tak tahu mengapa. Setelah kudapati dia menatapku
akupun memalingkan wajah dan kembali keruanganku.
“hei Ka”
“kemana saja sih
kamu”. Tanya Mini.
“karena kamu datangnya
lama aku mengelilingi sekolah kita ini”,jawabku.
Kembali lagi kami dikumpulkan
ditengah lapangan dengan terik matahari yang mencekam. Ini hari kedua dan
menjadi hari terakhir masa orientasiku. Akupun menceritakan pertemuan kedua
kalinya dengan cowok itu kepada Mini. Kuceritakan semua rasa dagdigdug ku saat
melihatnya dan
“kamu jatuh cinta
deh”, sambut Mini.
Setelah mendengar
seruan Mini itu lalu aku berpikir,”Apa benar itu jatuh cinta?”. Selama ini aku
tak pernah memiliki pacar. Bahkan teman lelakipun jarang.
Aldo Adrian ternyata itu namanya.
Dia juga kakak OSIS dan menguji kami hari ini. Wajahnya memang dingin tapi aku
selalu ingin melihatnya.
“Ah perasaan apa ini”,
tanyaku dalam hati.
Ternyata diam-diam
Mini tau bahwa aku memperhatikan kak Aldo. Mini tersenyum dan berkata
“eheeeemmmm”
Aku malu. Setelah
beberapa rangkaian acara hari ini terlewati, kamipun mengadakan upacara penutupan
dan aku resmi menjadi siswa SMA Pelita.
Aku pulang. Tak kuhiraukan perutku
yang lapar.sesegera mungkin kubuka laptop dan kucari facebook Aldo Adrian dan
”ketemu” . ternyata kak Aldo sedang online.
“Kak”, aku mencoba
membuka obrolan
Tak berapa lama
kemudian …
“Iya” , kak Aldo
membalas dan aku sangat senang.
Panjang lebar
percakapanku dengan kak Aldo. Ternyata kak Aldo tak secuek dan tak sedingin
yang aku dan Mini bayangkan. Kak Aldo sempat memberiku nomor teleponnya.
Sesegera mungkin kuraih Handphone ku dan kusimpan nomor kak Aldo. Aku luar
biasa senang. Berawal dari facebook dan pertukaran nomor telepon, aku dan kak
Aldo semakin dekat dan aku rasa aku sedang “Jatuh Cinta”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar