Senin, 14 April 2014

Jatuh Cinta



Jatuh Cinta
“Tiktoktiktok”, alarm berbunyi. Akhirnya hari ini telah tiba. Hari pertama ku injakkan kakiku di SMA Pelita. Semangatku pagi ini luar biasa. Mandi kemudian bersiap lalu sarapan. Ayah dan ibuku telah menungguku di meja makan. Aku anak tunggal dikeluarga ini. Dimanja tiada tara.
“ayo sarapan nak”, ujar ibu.
“iya ibuku cantik”, dengan senyum manis kujawab lalu disambut senyum lebar oleh ibu. Ayah hanya tersenyum. Selesai sudah sarapanku pagi ini kemudian ayah mengantarkanku ke tempat yang akan kujalani selama tiga tahun kedepannya nanti.
Hari ini masa orientasi siswa. Di tengah lapangan dengan terik matahari yang mungkin saja bisa membakar tubuh siswa siswi baru yang dikumpul dilapangan depan SMA Pelita. Diantara mereka-mereka tak satupun yang kukenal. Arahan bertubi-tubi datang dari kakak senior hingga akhirnya
“Eka Kharisma, kelompok enam”
Itu namaku. Aku adalah anggota kelompok enam. Setelah semua nama siswa dipanggil, kami dibariskan sesuai dengan kelompok masing-masing.
            Sungguh dalam kelompok ini aku hanya diam membisu karena tak satupun yang kukenal. Aku tergolong orang yang pendiam dan pemalu tapi tak berarti sombong.
“Hallo salam kenal namaku Mini”, kata sesorang yang mengulurkan namanya didepanku.
“Hai, salam kenal kembali. Namaku eka”, jawabku sambil kusambut uluran tangannya. Dialah orang pertama yang kukenal disini. Dengan wajah bulat, mata kecil, rambut sebahu dan badan yang mungil sesuai dengan namanya Mini Mursalina. Teman pertamaku, anak yang super ramah dan menyenangkan.
            Arahan dari kakak pemandu kelompok, untuk membawa alat-alat yang disebutkan. Begitu banyak peralatan yang akan dibawa besok.
“oke adek-adek semua sekali lagi kakak ingatkan jangan ada satupun peralatan yang tidak kalian bawa”
“baiklah sampai disini dan kembali lagi besok disini pukul 06.00 Wib”, panjang lebar penutupan dari kakak senior dan hanya itu yang semangat kudengar.
            “ka, mau ikut aku cari peralatannya nggak?”, Tanya mini mengejutkan.
Lalu ku iyakan tawaran Mini dan kami melaju pergi kepasar bersama motor kebanggan Mini. Semua pasar kami lewati dan kami memilih pasar yang menurutku dan Mini pasar itu menjual barang dengan harga murah.
“ka, hampir selesai nih peralatan yang kita cari”, seru Mini.
“Iya Min barang terakhir yang kita cari kaos kaki hitam panjang Min belum ada dan kurasa disini nggak ada deh Min”, kataku.
“kita cari ditempat lain aja yuk ka”, ajakku kepada Mini.
Setelah Mini mengiyakan ajakanku lalu kami bejalan kekasir.
“triiiinnnnnggggg”, telepon genggam Mini berbunyi. Dan ternyata ibunya yang menelepon.
“ha? Iya ma, Mini segera pulang sekarang”, jawab mini khawatir.
“Ka, kita harus cepat pulang sekarang adikku kecelakaan”, Mini menarik tanganku dan tiba-tiba
“bruuuk”, sesuatu barang jatuh kelantai tepat dihadapanku. Aku menabrak sesorang dan kurasa barang yang jatuh itu barang yang dipegangnya. Ku ambil barang itu lalu ku usap-usap dan ku kembalikan buku yang jatuh itu kepada seseorang yang ku tabrak tadi dengan perasaan yang setengah takut. Diambilnya buku itu lalu pergi begitu saja dengan tatapan dingin. Mengerikan. Lalu kamipun pulang.
            Sampaiku dirumah. Malam ini ku persiapkan peralatan untuk besok. Sejak kejadian menabrak orang itu pikiranku tak beralih kepadanya. Entah untuk apa ku mengingatnya padahal tak kukenali siapa dia. Wajah dingin yang menurutku dia memiliki gaya tarik tersendiri. Bagaikan magnet. Semakin tinggi khayalanku dan terbawa dalam mimpi. Sejak itu pula aku tertidur lelap.
            Pagi sekali aku tiba disekolah. Menunggu Mini yang belum jua sampai. Aku mengelilingi sekolah ini sambil menunggu kedatangan Mini. Dibawah pohon yang dekat dengan perpustakaan kulihat sosok lelaki yang sangat ku ingat wajahnya dan belum asing dikepalaku. Oh ternyata dia kakak kelasku. Sesorang yang kutabrak kemarin dia adalah kakak kelasku. Dan ternyata dia juga sekolah di SMA Pelita ini. Dunia memang sempit. Ada perasaan senang tapi aku tak tahu mengapa. Setelah kudapati dia menatapku akupun memalingkan wajah dan kembali keruanganku.
“hei Ka”
“kemana saja sih kamu”. Tanya Mini.
“karena kamu datangnya lama aku mengelilingi sekolah kita ini”,jawabku.
            Kembali lagi kami dikumpulkan ditengah lapangan dengan terik matahari yang mencekam. Ini hari kedua dan menjadi hari terakhir masa orientasiku. Akupun menceritakan pertemuan kedua kalinya dengan cowok itu kepada Mini. Kuceritakan semua rasa dagdigdug ku saat melihatnya dan
“kamu jatuh cinta deh”, sambut Mini.
Setelah mendengar seruan Mini itu lalu aku berpikir,”Apa benar itu jatuh cinta?”. Selama ini aku tak pernah memiliki pacar. Bahkan teman lelakipun jarang.
            Aldo Adrian ternyata itu namanya. Dia juga kakak OSIS dan menguji kami hari ini. Wajahnya memang dingin tapi aku selalu ingin melihatnya.
“Ah perasaan apa ini”, tanyaku dalam hati.
Ternyata diam-diam Mini tau bahwa aku memperhatikan kak Aldo. Mini tersenyum dan berkata
“eheeeemmmm”
Aku malu. Setelah beberapa rangkaian acara hari ini terlewati, kamipun mengadakan upacara penutupan dan aku resmi menjadi siswa SMA Pelita.
            Aku pulang. Tak kuhiraukan perutku yang lapar.sesegera mungkin kubuka laptop dan kucari facebook Aldo Adrian dan ”ketemu” . ternyata kak Aldo sedang online.
“Kak”, aku mencoba membuka obrolan
Tak berapa lama kemudian …
“Iya” , kak Aldo membalas dan aku sangat senang.
Panjang lebar percakapanku dengan kak Aldo. Ternyata kak Aldo tak secuek dan tak sedingin yang aku dan Mini bayangkan. Kak Aldo sempat memberiku nomor teleponnya. Sesegera mungkin kuraih Handphone ku dan kusimpan nomor kak Aldo. Aku luar biasa senang. Berawal dari facebook dan pertukaran nomor telepon, aku dan kak Aldo semakin dekat dan aku rasa aku sedang “Jatuh Cinta”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar