Selamat pagi sang pemilik senyum damai :)
Semoga kau baik-baik saja.
Meski tlah kudengar berita tak mengenakkan tapi kuharap Allah senantiasa melindungi dan mensejahterakanmu. Amin.
Rinduku kembali sebelum sebulan lengkap kita berpisah. Ingin sekali ku rengkuh ragamu itu.
Hai pemilik senyum damai taukah kamu, disini perasaanku begitu kacau. Aku terlalu memikirkanmu. Memikirkan kebahagiaanmu. Ingin sekali kubertanya padamu, apakah kau bahagia saat ini? Aku ingin sekali mendengar jawaban jujur sejujurnya. Meski kutau kau akan menjawab 'aku sangat bahagia nak'
Tapi aku tau. Bahagiamu itu belum kurasa bahagia bagiku.
Harusnya disaat begini kau tak lagi memiliki beban. Beban apapun itu. Kau hanya perlu menumpukkan amal untuk keabadian.
Pemilik senyum damai, taukah engkau aku takut waktuku tak cukup untuk membahagiakanmu.
Aku takut Tuhan tak mengizinkanku untuk menjadikanmu ratu jagad nanti di masa cemerlangku. Aku takut akan hal itu. Tetapi doaku berlawanan dengan ketakutanku.
Hei ratu pemilik senyum damai, pangeran satumu itu membuat ulah lagi? Kali ini ulahnya luar biasa. Aku marah? Tentu saja! Bahkan sangat teramat. Aku tak pernah menyangka ia akan melakukan hal itu.
Apakah tak cukup rejaman-rejaman pisau lalu yang ia rasa?
Apakah tak bisa ia belajar dari kesalahan?
Apakah tak bisa semua yang pernah ia lakukan ia jadikan pengalaman?
Aku membencinya. Oh tidak. Lebih tepatnya aku membenci sikap dan sifat yang ada pada dirinya kini.
Ia sangat kurang iman. Hingga apapun yang ia lakukan ia tak pernah mengingat akan keberadaan Tuhan. Ya, Ia tak pernah mengingat Tuhan.
Pemilik senyum damai, kau sudah pantas mendapatkan kesenanga dan ketenangan. Tolong jangan terlalu egois untuk hal ini. Kau bukan hanya memiliki dia. Kau memiliki mereka. Mereka yang selalu memikirkan kebahagiaanmu. Mereka yang selalu memperebutkan kebahagiaanmu. Mereka yang terkadang selalu perang dingin hanya untuk memperebutkan posisimu.
Aku tau bahagia itu bukan tentang apa yang dikata tapi tentang apa yang dirasa.
Tetapi pikirlah secara logika jangan selalu rasa yang kau bawa.
Dia tak pantas mendapatkanmu jika ia masih seperti itu.
Pergi tinggalkan ia.
Tuju ke mereka yang mampu membuatmu ada.
Kecilkan sedikit egomu.
Aku dan mereka menyayangimu lebih dari yang mampu kami ungkapkan.
Bukan berarti dia tidak. Tetapi berikan dia waktu, berikan ia waktu untuk menata semua yang telah diporak-porandakkannya tanpa kau campuri sedikitpun.
Kau tau hai pemilik senyum damai, aku pernah berdoa pada Tuhan jika ia hidup hanya untuk begini lebih baik cabut saja nyawanya.
Begitu kejam doaku. Tapi aku tak ingin hanya dia yang membuat ulah.
Maafkan doaku ya Allah.
Pemilik senyum damai aku menyayangimu menyayangimu menyayangimu.
Doaku selalu kutuju untuk bahagiamu :*
Sabtu, 30 Agustus 2014
Teruntuk pemilik senyum damai
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar