Seperti yang kukatakan bahwa kini aku tak lagi menatapmu dalam diam, kini aku tak lagi menatapmu dalam kekhawatiran, kini aku tak lagi menatapmu dalam buruan waktu, kini aku tak lagi menatapmu dalam sendu, kini aku tak lagi menatapmu dalam kehampaan, kini aku tak lagi menatapmu dalam elegi, dan kini aku menatapmu seluas-luas mataku memandang dan kini aku menatapmu sebebas-bebas pandangan mencari pasangannya dan kini aku menatapmu dalam senyum yang akan selalu kulukiskan dan kini aku menatapmu dengan segala rasa yang kupunya.
Sabtu, 27 September 2014
Rabu, 24 September 2014
HAHA!
Hai, selamat malam :)
Aku ingin bercerita. Bercerita tentang lagu sedih haha.
Entah mengapa sulit sekali untuk mengungkapkan kesedihan ini.
Aku hanya ingin selalu bisa tersenyum dalam keadaan apapun!
Apapun itu. Aku hanya ingin selalu berbahagia untuk orang-orang sekitarku. Kadang, aku merasa hanya menjadi beban. Kadang aku tak pernah mengerti tentang apa yang aku pikirkan. Kadang aku ingin menangis tanpa sebab. Kadang aku hanya ingin tertawa sedikit saja dalam kesedihan. Kadang memang susah untuk dimengerti.
Aku ingin bercerita aku ingin mengadu tapi entah dengan siapa. Sudah menjadi suatu kebiasaan tersendiri memendam semua rasa.
Akan berdampak negatifkah? Entahlah. Tak kupikirkan itu. Aku yakin mampu melewati ini. Ini hanya segelintir pahit yang akan kujalani. Allah selalu bersamaku. Ingin mengeluh, tapi itu bukanlah pilihan terbaik.
Izinkan aku menangis malam ini dengan alasan apapun itu. Mungkin dengan begitu akan sedikit menenangkan pikiran.
Aku berharap selalu ada kekuatan dalam jiwa ini.
Akan selalu kuserahkan yang terbaik untukku kepadaMu Tuhan. Apapun yang Kau kehendaki atas diri ini aku mengizinkannya karna Kau yang lebih tau.
Satu pintaku yang tak jemu-jemu kupinta ialah berikan aku kesempatan untuk membahagiakan semua orang-orang tersayangku. Biarkan aku menjadi cahaya dalam kegelapan. Izinkan aku untuk menciptakan senyuman pada bibir-bibir yang pantas untuk tersenyum.
Tuhan, aku mengerti bahwa aku takkan tau apa yang akan terjadi esok. Hanya saja aku berharap esok akan menjadi acuan untuk kedepan ku melangkah. Maka bukakan mataku setiap pagi agar bisa kulihat embun-embun. Dan itu adalah nikmat.
Sabtu, 13 September 2014
Sejujurnya
Padahal aslinya aku tak bisa membedakan mana kalimat yang meyakinkan mana kalimat yang candaan.
Terlalu sulit untuk meyakinkan jika pada akhirnya hanya akan tersakiti.
Ikuti saja jarum jam yg berdetik memutar waktu untuk mendapat konklusi atas premis premis selama ini.
Sabtu, 06 September 2014
Lalu?
Mau mengadu pada siapa kalau sudah begini?
Bercerita saja aku tak mampu. Kemudian apa yang harus aku lakukan? Menunggu terlalu lama. Kalau kuceritakan apa mereka mampu menyelesaikannya. Kurasa tidak. Karena aku tau bagaimana disana. Satu lagi harapanku. Ya hanya padanya. Harus kukumpulkan keberanian untuk ini. Tapi pengalaman mengajarkanku. Pengalaman yang membuat aku bungkam. Harusnya tidak disaat seperti ini. Tapi semangat!!! Hanya semili dari seribu kilo yang akan kutempuh lagi.
Ya bersabar adalah kunci.
Senin, 01 September 2014
;;)
Izinkan Aku Mencintaimu - Repvblik
Sungguh benar ku cintaimu
Meski kau tak anggap ku ada
Ku tak akan memintamu untuk
mencintaiku
Ku tak berharap kau cintaiku
Ku tak berharap kau balas
cintaku
Yang ku harap kau izinkan aku
mencintaimu
Cinta ini sudah terlanjur
kumiliki dari dirimu
Biarkan cintaku bersamamu
Meski ragaku tak bisa
bersamamu
Sabtu, 30 Agustus 2014
Teruntuk pemilik senyum damai
Selamat pagi sang pemilik senyum damai :)
Semoga kau baik-baik saja.
Meski tlah kudengar berita tak mengenakkan tapi kuharap Allah senantiasa melindungi dan mensejahterakanmu. Amin.
Rinduku kembali sebelum sebulan lengkap kita berpisah. Ingin sekali ku rengkuh ragamu itu.
Hai pemilik senyum damai taukah kamu, disini perasaanku begitu kacau. Aku terlalu memikirkanmu. Memikirkan kebahagiaanmu. Ingin sekali kubertanya padamu, apakah kau bahagia saat ini? Aku ingin sekali mendengar jawaban jujur sejujurnya. Meski kutau kau akan menjawab 'aku sangat bahagia nak'
Tapi aku tau. Bahagiamu itu belum kurasa bahagia bagiku.
Harusnya disaat begini kau tak lagi memiliki beban. Beban apapun itu. Kau hanya perlu menumpukkan amal untuk keabadian.
Pemilik senyum damai, taukah engkau aku takut waktuku tak cukup untuk membahagiakanmu.
Aku takut Tuhan tak mengizinkanku untuk menjadikanmu ratu jagad nanti di masa cemerlangku. Aku takut akan hal itu. Tetapi doaku berlawanan dengan ketakutanku.
Hei ratu pemilik senyum damai, pangeran satumu itu membuat ulah lagi? Kali ini ulahnya luar biasa. Aku marah? Tentu saja! Bahkan sangat teramat. Aku tak pernah menyangka ia akan melakukan hal itu.
Apakah tak cukup rejaman-rejaman pisau lalu yang ia rasa?
Apakah tak bisa ia belajar dari kesalahan?
Apakah tak bisa semua yang pernah ia lakukan ia jadikan pengalaman?
Aku membencinya. Oh tidak. Lebih tepatnya aku membenci sikap dan sifat yang ada pada dirinya kini.
Ia sangat kurang iman. Hingga apapun yang ia lakukan ia tak pernah mengingat akan keberadaan Tuhan. Ya, Ia tak pernah mengingat Tuhan.
Pemilik senyum damai, kau sudah pantas mendapatkan kesenanga dan ketenangan. Tolong jangan terlalu egois untuk hal ini. Kau bukan hanya memiliki dia. Kau memiliki mereka. Mereka yang selalu memikirkan kebahagiaanmu. Mereka yang selalu memperebutkan kebahagiaanmu. Mereka yang terkadang selalu perang dingin hanya untuk memperebutkan posisimu.
Aku tau bahagia itu bukan tentang apa yang dikata tapi tentang apa yang dirasa.
Tetapi pikirlah secara logika jangan selalu rasa yang kau bawa.
Dia tak pantas mendapatkanmu jika ia masih seperti itu.
Pergi tinggalkan ia.
Tuju ke mereka yang mampu membuatmu ada.
Kecilkan sedikit egomu.
Aku dan mereka menyayangimu lebih dari yang mampu kami ungkapkan.
Bukan berarti dia tidak. Tetapi berikan dia waktu, berikan ia waktu untuk menata semua yang telah diporak-porandakkannya tanpa kau campuri sedikitpun.
Kau tau hai pemilik senyum damai, aku pernah berdoa pada Tuhan jika ia hidup hanya untuk begini lebih baik cabut saja nyawanya.
Begitu kejam doaku. Tapi aku tak ingin hanya dia yang membuat ulah.
Maafkan doaku ya Allah.
Pemilik senyum damai aku menyayangimu menyayangimu menyayangimu.
Doaku selalu kutuju untuk bahagiamu :*
Kamis, 28 Agustus 2014
Harusnya!
Harusnya ku tak begini
Mengenal terlalu kenali
Harusnya ku tak begini
Memiliki rasa ini
Harusnya kau tak begitu
Menciptakan memori memoriku
Harusnya kau tak begitu
Sempurna dimataku
Kini ku terjebak dalam situasi
Situasi yang ku sendiri tak mampu pahami
Ingin membenci tapi perasaan tak bisa ku kendali
Tak ada guna memberontak melawan logika jika pada akhirnya tak menang jua.
Kini hanya membisu memendam dalam diam.
Membatu tersenyum dalam larutnya ragu.
Mengharap waktu membawa segala angan dalam kehampaan.
Hingga pada akhirnya tak kutemui lagi manisnya pahit.
Minggu, 24 Agustus 2014
Terimakasih
Ada saatnya nanti kan kubalas semua beban ini, saat dimana Tuhan telah mengizinkanku tersenyum sangat-sangat bahagia atas semua yang kucapai.
Untuk luka-luka yang kita rasa sekarang, jangan anggap sebagai luka besar dalam kehidupan. Percayalah rencana Tuhan selalu lebih indah.
Aku takkan menganggap semua pahit yang kurasa sebagai beban, aku tak pernah mengutuk Tuhan atas gelap yang kuterima.
Akan kujadikan itu semua sebagai pendewasaanku.
Tak ada yang kuingini selain terlukisnya senyum megah diwajah ibu, ya ibu kita. Tak ada yang lebih penting lagi selain keinginan ayah, ya ayah kita.
Sadarku belum sempat kubahagiakan sosok gagah yang kemudian berlalu dari hadapan kita. Tapi janjiku akan kutepati atas izin Maha Kuasa.
Tangisku ditiap-tiap tengah malam bukan karna kesedihan tetapi karna rasa bangga.
Banggaku karna ada diantara kalian. Banggaku karna limpahan kasih sayang. Banggaku karena kalian telah menghadiahkanku puteri-puteri dan pangeran-pangeran untuk keindahan hidupku saat ini.
Jika aku tak diizinkan untuk membalas semua pada kalian maka akan ku hadiahkan semuanya pada pangeran dan puteri di singgahsana kalian.
Terimakasih telah menjadi malaikat-malaikat dalam jiwa baru ini. Harapku tetap tuntun aku hingga kutemukan siapa aku sebenarnya.
Doaku bukan hanya kutujukan untuk diriku saja tetapi terlebih untuk kalian yang lebih penting dari hidupku.