Rabu, 18 November 2015

Goresan Kehidupan Pelantun Gurindam




Goresan Kehidupan Pelantun Gurindam

 
Menjadi sukses bukanlah perkara yang mudah. Butuh perjuangan yang tak henti-henti .  Jatuh bangun dalam mencapai kesuksesan itu sangatlah biasa. Hal itu juga dirasakan oleh salah satu mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang dapat menjadi inspirasi bagi mahasiswa lainnya.

Ahmadi Putera atau  yang sering menamai dirinya dengan Putera Gurindam ini dilahirkan pada tahun 1995 di Durai Karimun tepatnya pada 30 Januari. Jiwa kemandirian sudah terlihat sejak ia kecil. Mempunyai seorang ayah yang bekerja sebagai nelayan waktu itu, hanya mampu menyekolahkannya hingga tamat sekolah dasar saja. Akan tetapi hal itu tidak membuatnya berputus asa. Ia memiliki keinginan yang tinggi untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang sekolah menengah pertama. Dengan prestasi-prestasi yang ia raih ketika SD, maka ia pun mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan sekolahnya ke menengah pertama.

“Sungguh itu adalah hadiah paling indah dari Allah untukku ketika itu, Allah selalu memberikan jalan untuk hamba-Nya yang tidak berputus asa,” kata Ahmadi ketika ditemui siang tadi.

Setelah tiga tahun berlalu, sekolah menengah pertama mampu ia lalui. Ia pun lulus dengan nilai yang memuaskan. Satu masalah lagi yang ia dapati adalah ketika ingin melanjutkan ke sekolah menengah atas. Orang tuanya tidak mampu membiayainya sekolah pada saat itu. Tetapi Ahmadi tidak kehabisan akal. Ia sudah mempersiapkan dan memikirkannya dari dulu.  Anak ketiga dari tiga bersaudara ini ternyata memiliki tabungan

Uang yang ia tabung ternyata adalah hasil jerih payahnya selama tiga tahun di masa sekolah menengah pertama dengan menjadi guru ngaji di Taman Pendidikan Quran. Dari uang tabungannya itulah ia dapat melanjutkan pendidikannya ke Madrasah Aliyah Negeri di Tanjung Balai Karimun, ibukota Kabupaten Karimun. Ia memilih MAN karena memang ia memiliki spiritual yang hebat.

Perjuangan ketika ia hidup di rantau untuk melanjutkan sekolah menengah atas dirasanya sangat pahit. Tetapi kepahitan itu tidaklah menjadikannya patah semangat. Pernah ketika itu ia tidak makan selama dua hari karena tidak memiliki uang, pernah juga ia makan nasi hanya dengan garam dan pisang saja. 

Ketika bersekolah di Madrasah Aliyah Negeri, ia tinggal di sebuah rumah yang sudah tua dan hampir roboh karena tidak memiliki uang untuk membayar kost setiap bulannya. Ia tak pernah lepas semangat untuk terus mengejar pendidikan. Hari-hari ketika sekolahnya, ia mengisi waktu kosong dengan menjadi guru ngaji dan mendapatkan beasiswa di sekolahnya karena prestasinya.

Banyak sekali prestasi-prestasi yang diraih oleh Putera Gurindam yang kini tinggal di Perumahan Kijang Kencana 4, Tanjungpinang ini. Selesai menamatkan sekolahnya di Madrasah Aliyah Negeri Karimun, ia pun bingung hendak melanjutkan ke perguruan tinggi. Bahkan ia hampir saja tidak melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi. 

Ia mencoba untuk mendaftarkan dirinya ke Sekolah Tinggi Ilmu Al Quran di Jakarta dan dinyatakan lulus. Satu hambatan baginya untuk mendaftar ulang adalah uang. Biaya untuk masuk ke sekolah itu dirasanya sangat mahal. Kemudian, diurungkannyalah niat tersebut. 

Pelantun Gurindam ini mencoba mendaftarkan diri ke Universitas Maritim Raja Ali Haji dan ternyata Allah membuka jalan untuknya. Ia pun lulus di UMRAH dan juga dinyatakan lulus sebagai penerima beasiswa bidikmisi dari Direktorat Tinggi.

Tak sampai seminggu ia menjalani perkuliahannya di negeri pantun ini, berita duka pun menghampiri. Sang ayah yang begitu ia sayangi pergi mendahuluinya untuk selamanya. Garib, ayah dari Ahmadi meninggal pada 7 September 2013. Kedukaan mendalam menerpa Ahmadi dan keluarganya.

“Pada saat itu ada sesal yang saya rasa, ayah saya belum sempat melihat saya memegang toga,” ujar Ahmadi dengan raut mengenang.

Hingga kini ia menjalani kehidupan kuliahnya. Meski kuliah, ia juga tetap menjadi guru ngaji disela-sela waktunya. Bukan hanya itu, pelantun gurindam dua belas ini banyak mengikuti organisasi-organisasi yang diakuinya organisasi dapat membentuk karakter mandiri pada dirinya. Organisasi-organisasi yang ia ikuti antar lain Pramuka, Himpunan Mahasiswa Islam, Pencak Silat, dan organisasi internal kampus yaitu Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia tepatnya menjabat sebagai ketua di divisi kerohanian.

Prestasi-prestasi nonakademik yang diukir putra asli melayu ini sangat banyak sekali dimulai ketika ia kecil hingga dewasa ini. Ia pernah meraih juara pertama dalam melantunkan gurindam dua belas dan baru-baru ini, ia meraih juara dua di MTQ tingkat Kota Tanjungpinang di cabang tilawah putra. 

Suara merdunya melantunkan ayat-ayat suci Al Quran sungguh enak didengar. Ia yakin kesuksesan itu diraih bukan dengan waktu dan tempo yang sesingkat-singkatnya tetapi dalam waktu yang ditentukan Allah Swt. Allah tidak akan membiarkan hamba-Nya yang selalu berusaha tanpa sesuatu yang nikmat.

Baru-baru ini pelatih silat yang sudah mengenakan sabuk biru ini baru saja mengikuti Musabaqah Tilawatil Quran Mahasiswa Nasional (MTQMN) 2015 di Kampus Universitas Indonesia yang diikuti lebih dari 200 mahasiswa se- Indonesia. 

Itulah suka duka Ahmadi Putera dalam mengarungi proses kehidupannya. Tak ada yang mudah di dunia ini dan tak ada pula yang mustahil di dunia ini. Selama kita yakin bisa dan terus berjuang serta ikhtiar maka Tuhan akan selalu bersama kita. Tuhan akan menjawab segala usaha kita. Semoga kisah Ahmadi ini menginspirasi kita semua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar