Goresan
Kehidupan Pelantun Gurindam
Menjadi sukses bukanlah
perkara yang mudah. Butuh perjuangan yang tak henti-henti . Jatuh bangun dalam mencapai kesuksesan itu
sangatlah biasa. Hal itu juga dirasakan oleh salah satu mahasiswa Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
yang dapat menjadi inspirasi bagi mahasiswa lainnya.
Ahmadi Putera atau yang sering menamai dirinya dengan Putera
Gurindam ini dilahirkan pada tahun 1995 di Durai Karimun tepatnya pada 30
Januari. Jiwa kemandirian sudah terlihat sejak ia kecil. Mempunyai seorang ayah
yang bekerja sebagai nelayan waktu itu, hanya mampu menyekolahkannya hingga
tamat sekolah dasar saja. Akan tetapi hal itu tidak membuatnya berputus asa. Ia
memiliki keinginan yang tinggi untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang
sekolah menengah pertama. Dengan prestasi-prestasi yang ia raih ketika SD, maka
ia pun mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan sekolahnya ke menengah pertama.
“Sungguh itu adalah
hadiah paling indah dari Allah untukku ketika itu, Allah selalu memberikan
jalan untuk hamba-Nya yang tidak berputus asa,” kata Ahmadi ketika ditemui
siang tadi.
Setelah tiga tahun
berlalu, sekolah menengah pertama mampu ia lalui. Ia pun lulus dengan nilai
yang memuaskan. Satu masalah lagi yang ia dapati adalah ketika ingin
melanjutkan ke sekolah menengah atas. Orang tuanya tidak mampu membiayainya
sekolah pada saat itu. Tetapi Ahmadi tidak kehabisan akal. Ia sudah
mempersiapkan dan memikirkannya dari dulu.
Anak ketiga dari tiga bersaudara ini ternyata memiliki tabungan
Uang yang ia tabung
ternyata adalah hasil jerih payahnya selama tiga tahun di masa sekolah menengah
pertama dengan menjadi guru ngaji di Taman Pendidikan Quran. Dari uang
tabungannya itulah ia dapat melanjutkan pendidikannya ke Madrasah Aliyah Negeri
di Tanjung Balai Karimun, ibukota Kabupaten Karimun. Ia memilih MAN karena
memang ia memiliki spiritual yang hebat.
Perjuangan ketika ia
hidup di rantau untuk melanjutkan sekolah menengah atas dirasanya sangat pahit.
Tetapi kepahitan itu tidaklah menjadikannya patah semangat. Pernah ketika itu
ia tidak makan selama dua hari karena tidak memiliki uang, pernah juga ia makan
nasi hanya dengan garam dan pisang saja.
Ketika bersekolah di
Madrasah Aliyah Negeri, ia tinggal di sebuah rumah yang sudah tua dan hampir
roboh karena tidak memiliki uang untuk membayar kost setiap bulannya. Ia tak
pernah lepas semangat untuk terus mengejar pendidikan. Hari-hari ketika
sekolahnya, ia mengisi waktu kosong dengan menjadi guru ngaji dan mendapatkan
beasiswa di sekolahnya karena prestasinya.
Banyak sekali
prestasi-prestasi yang diraih oleh Putera Gurindam yang kini tinggal di
Perumahan Kijang Kencana 4, Tanjungpinang ini. Selesai menamatkan sekolahnya di
Madrasah Aliyah Negeri Karimun, ia pun bingung hendak melanjutkan ke perguruan
tinggi. Bahkan ia hampir saja tidak melanjutkan pendidikannya ke perguruan
tinggi.
Ia mencoba untuk
mendaftarkan dirinya ke Sekolah Tinggi Ilmu Al Quran di Jakarta dan dinyatakan
lulus. Satu hambatan baginya untuk mendaftar ulang adalah uang. Biaya untuk
masuk ke sekolah itu dirasanya sangat mahal. Kemudian, diurungkannyalah niat
tersebut.
Pelantun Gurindam ini mencoba
mendaftarkan diri ke Universitas Maritim Raja Ali Haji dan ternyata Allah
membuka jalan untuknya. Ia pun lulus di UMRAH dan juga dinyatakan lulus sebagai
penerima beasiswa bidikmisi dari Direktorat Tinggi.
Tak sampai seminggu ia
menjalani perkuliahannya di negeri pantun ini, berita duka pun menghampiri.
Sang ayah yang begitu ia sayangi pergi mendahuluinya untuk selamanya. Garib,
ayah dari Ahmadi meninggal pada 7 September 2013. Kedukaan mendalam menerpa
Ahmadi dan keluarganya.
“Pada saat itu ada
sesal yang saya rasa, ayah saya belum sempat melihat saya memegang toga,” ujar
Ahmadi dengan raut mengenang.
Hingga kini ia
menjalani kehidupan kuliahnya. Meski kuliah, ia juga tetap menjadi guru ngaji
disela-sela waktunya. Bukan hanya itu, pelantun gurindam dua belas ini banyak
mengikuti organisasi-organisasi yang diakuinya organisasi dapat membentuk
karakter mandiri pada dirinya. Organisasi-organisasi yang ia ikuti antar lain
Pramuka, Himpunan Mahasiswa Islam, Pencak Silat, dan organisasi internal kampus
yaitu Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
tepatnya menjabat sebagai ketua di divisi kerohanian.
Prestasi-prestasi
nonakademik yang diukir putra asli melayu ini sangat banyak sekali dimulai
ketika ia kecil hingga dewasa ini. Ia pernah meraih juara pertama dalam
melantunkan gurindam dua belas dan baru-baru ini, ia meraih juara dua di MTQ
tingkat Kota Tanjungpinang di cabang tilawah putra.
Suara merdunya
melantunkan ayat-ayat suci Al Quran sungguh enak didengar. Ia yakin kesuksesan
itu diraih bukan dengan waktu dan tempo yang sesingkat-singkatnya tetapi dalam
waktu yang ditentukan Allah Swt. Allah tidak akan membiarkan hamba-Nya yang
selalu berusaha tanpa sesuatu yang nikmat.
Baru-baru ini pelatih
silat yang sudah mengenakan sabuk biru ini baru saja mengikuti Musabaqah
Tilawatil Quran Mahasiswa Nasional (MTQMN) 2015 di Kampus Universitas Indonesia
yang diikuti lebih dari 200 mahasiswa se- Indonesia.
Itulah suka duka Ahmadi
Putera dalam mengarungi proses kehidupannya. Tak ada yang mudah di dunia ini
dan tak ada pula yang mustahil di dunia ini. Selama kita yakin bisa dan terus
berjuang serta ikhtiar maka Tuhan akan selalu bersama kita. Tuhan akan menjawab
segala usaha kita. Semoga kisah Ahmadi ini menginspirasi kita semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar