Rabu, 18 November 2015

Ketika Letih Tak Kenal Umur

Ketika Letih Tak Kenal Umur



Ada padang ada belalang, ada air ada pula ikannya. Artinya di mana pun berada pasti akan tersedia rezeki buat kita. Begitulah peribahasa yang cocok untuk seorang tua penjual es krim keliling. Bukan di darat, tetapi di laut tempat yang ia tempuh untuk menjual es krim. Baginya laut dan darat sama saja, di mana pun bisa mencari rezeki asal ada niat dan usaha.

Kesadaran bahwa keluarga begitu penting, membuat seorang lelaki tua penjual es krim pantang menyerah berkeliling menjual es krimnya. Sampan merupakan kendaraan yang ia gunakan untuk menjajakan satu tong es krim  sebagai sumber penghidupannya. 

Penjual es krim yang berkeliling dengan sampannya ini, biasa disapa Aa yang merupakan  seorang lelaki keturunan Tionghoa yang lahir pada tahun lima puluhan . Kali ini yang membuat seorang lelaki tua ini terlihat berbeda dengan penjual es krim lainnya adalah caranya menjual es krim dengan menggunakan kendaraan laut yaitu sebuah sampan. 

Lelaki yang mengaku berusia sekitar 63 tahun ini menjalankan pekerjaannya tanpa mengeluh dan tanpa rasa malu. Setiap harinya dengan menggunakan sampan ia berangkat dari rumahnya di Sei Ladi pukul 08.00 WIB pagi kemudian singgah ke Tanjung Unggat untuk mengambil es krim yang akan ia jual dari pembuat es krim yang bernama Abi.

Satu jam perjalanan ia tempuh dari Sei Ladi menuju Tanjung Unggat. Kemudian ia harus menempuh satu jam lagi perjalanan dari Tanjung Unggat ke Pelabuhan Pelantar satu, dua dan tiga. Dari satu pelabuhan singgah ke pelabuhan lain begitu seterusnya ia menjajakan es krimnya hingga tong yang ia bawa kosong.

Sudah delapan tahun lamanya ia menjajakan es krim di lautan. Sejak anaknya masih di bangku sekolah, memberi nafkah keluarga dan membiayakan sekolah anak semata wayangnya.

“Saya jual ini sudah delapan tahun, kalau panas setiap hari saya jual, tapi kalau hujan saya tak jual. Apalagi kalau musim angin kuat saya tak berani karena pakai sampan takut apa-apa di laut”, ujar Aa dengan senyum yang melekat di bibirnya.

Dalam kesehariannya menjual es krim di laut, bapak dengan seorang anak ini setiap hari membawa sebuah senjata yang ia bawa yaitu lonceng kecil. Lonceng kecil yang selalu ia bunyikan sebagai tanda untuk memberi tahu bahwa ada seorang pak tua Aa dengan es krimnya yang lezat. Jika ada orang yang memanggilnya untuk membeli es krim barulah dia merapat ke pelabuhan begitu seterusnya sampai es krim habis. Kadang ketika turun hujan ia berteduh dan menyelamatkan es krimnya agar tidak terkena hujan.

Sarana dan tempat yang unik inilah yang membuat ia tambak berbeda dari orang lain. Meski begitu banyak juga resiko rintangan yang ia tempuh dengan menjual es krim di lautan. Jika penjual es krim lainnya mengarungi teriknya panas di daratan, maka pak tua Aa bukan hanya mengarungi terik panas matahari, melainkan juga menerjang ombak di lautan. Hanya berharap semoga tuhan memudahkan jalannya dengan memberikan cuaca yang cerah. 

Dengan penghasilan yang berkisar tujuh puluh ribu hingga seratus ribu per hari itulah yang menjadi sumber penghidupannya setiap hari. Penghasilan yang kadang tak tentu tak membuat Aa putus asa. baginya masih banyak rezeki asal mau berusaha. 

Ketika musim angin kuat Aa memilih untuk tidak berjualan. Kebun yang ia punya di manfaatkan untuk menutupi penghasilan Aa yang kosong. Kadang juga Aa lebih memilih menjual buah-buahan hasil kebunnya dibanding menjual es krim.

“Kalau hari hujan dan angin kuat saya di rumah kadang juga nebas-nebas lalang di kebun, kadang juga kalau musim buah saya tidak jualan, saya jualan buah saja hasil kebun saya,” ujar lelaki kelahiran Tanjungpinang ini.

Meski tak kenal baca tulis, semangat dalam bekerja untuk keluarga menjadi motivasinya tersendiri. Beruntung bebannya dapat berkurang karena anak sulungnya telah bekerja. Tapi tetap kewajiban sebagai kepala keluarga untuk mencari nafkah harus dijalankan walaupun usia kini telah senja
Takkan mundur dimakan umur. Semangat pantang menyerah meski usia telah senja inilah yang patut dicontoh buat generasi penerus bangsa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar